12 Tahun ICRP Menyuarakan Perdamaian

Rabu(1/8/2012) suasana kantor ICRP berbeda dengan situasi biasanya. Sore itu para pemuka agama dan aliran kepercayaan berkumpul di ICRP memperingati ulang tahun ICRP yang ke-12. Selain para pemuka agama turut pula hadir para aktifis dan stakeholder memperingati 12 tahun kelahiran organisasi yang gencar menyuarakan perdamaian, pluralisme, dan kebebasan beragama ini.

Hingga usianya ke-12 tahun ICRP masih konsisten dalam merayakan kebhinekaan dan senantiasa mengupayakan perdamaian bagi seluruh umat beragama di Indonesia

Keresahan akan minimnya spiritualitas kehidupan beragama menjadi tema utama perbincangan para pemuka agama sore itu. Diskusi dan perbincangan hangat mengalir di sepanjang jalannya acara. “Agama saat ini cenderung  hedonis, artifisial” ujar KH Abdul Muhaimin Ketua Yayasan ICRP. “Memang beginilah keadaan keagamaan saat ini” lanjut Kyai dari Yogyakarta ini.

Dalam ulang tahun ICRP yang ke-12 ini banyak hal yang menjadi refleksi, saran, kritik dan harapan untuk ICRP ke depan.  ”Dukungan terhadap ICRP semoga tidak kendor. Di tengah represi negara atau lembaga agama yang semakin kuat. Semoga ICRP menjadi oase kehidupan, menjadi pelopor dalam menerangi dan menghargai kemanusiaan, keberagaman, dan perbedaan. Karena perbedaan itu indah dan jangan membuat keindahan tersebut menjadi kerdil.” Harap Kyai Muhaimin.

Sementara itu, Ketua Umum ICRP Musdah Mulia menyatakan 12 tahun sudah ICRP berdiri merayakan perbedaan dan keindahan di Indonesia. Menjaga nilai-nilai keberagaman dan pluralisme.  ICRP juga menolak keras tindakan-tindakan kekerasan atas nama agama yang dilakukan oleh siapapun, tidak terkecuali pemerintah. ICRP sejak awal lantang dan berani. Tidak jarang ICRP menimbulkan kontroversi. Kita tidak boleh membiarkan bangsa ini tercabik-cabik oleh kepentingan parsial. Sampai kapanpun ICRP akan menaungi hak-hak beragama di Indonesia.  Religion for peace adalah inti dari spiritualitas agama. [Mukhlisin/icrp-online.org]