UI Dirikan Abdurrahman Wahid Centre
Universitas Indonesia mendirikan Abdurrahman Wahid Center untuk riset atau diskusi tentang demokrasi, perdamian dunia, atau penyelesaian konflik sosial.
“UI akan terus mendorong dunia yang berkeadilan dan damai,” kata Rektor UI Gumilar Rusliwa Somantri di Depok, Kamis.
Ia mengatakan Abdurrahman Wahid atau biasa disapa Gus Dur dikenal sebagai tokoh yang gigih dan menciptakan dunia baru yang seimbang. Sehingga tidak salah kalau UI membawa nama beliau untuk mendorong terjadinya dialog menuju Indonesia dan UI yang lebih baik.
Abdurrahman Wahid Center (AWC), lanjut dia, akan menjadi jembatan antara dunia luar dengan Indonesia. UI akan terus mendorong Indonesia aktif mendorong penyelesaian konflik dalam tata dunia baru. “Gus Dur merupakan intelektual terkenal dengan multikulturalisme,” ujarnya.
Sementara itu Sinta Nuria, istri Gus Dur mengatakan keberadaan AWC memiliki fungsi strategis bagi akademisi yang ingin mempelajari pemikiran Gus Dur. Selama ini, gagasan dan pemikiran beliau masih belum `ditempatkan` dengan baik.
“Artikel tulisan, rekaman audio, visual Gu Dur menyebabkan kesulitan bagi mereka yang ingin mempelajari lebih soal Gus Dur,” ujarnya.
Dikatakannya AWC diharapkan menjadi oase dan prasasti bagi generasi muda yang ingin melanjutkan gagasan dan perjuangannya. “Tempat tersebut diharapkan bisa membuat orang semkain memahami pemikiran dan gagasan Gus Dur,” katanya.
Ketua Majelis Wali Amanat (MWA) UI, Said Agil Siradj menilai, Gus Dur sebagai tokoh lintas agama, budaya dan negara. Sebagai warga Nahdatul Ulama (NU), Gus Dur dinilai mampu mengendalikan massanya. AWC juga diharap mampu menangkis isu laten tentang aksi terorisme yang bersumber di kampus. “Gus Dur itu adalah guru dan idola saya, ” katanya.
Kepala Kantor Sekretariat Pimpinan UI Devie Rahmawati mengatakan AWC didirikan di atas areal seluas 5×5 M2 dengan fasilitas Lounge sekitar 50 M2, untuk membaca dan menikmati karya-karya yang bernapaskan perdamaian, kerjasama lintas budaya dan agama ini. Di lantai 3 perpustakaan baru UI tersebut.
Menurut dia pendirian AWC yang digagas dan didukung oleh 27 orang lintas agama- budaya-negara di antaranya Syafii Maarif, Machfud MD, Romo Mudji Sutrisno, Pdt. Abertus Patty, Garin Nugroho, Mohamad Sobary, Daisaku Ikeda, Robert W. Hefner, Mitsuo Nakamura, George J Barton dan sebagainya.
AWC ini dimaksudkan tidak hanya sebagai tempat memelihara pemikiran Gusdur, namun kelak dapat menjadi pusat dari berkembangnya dialog dan mediasi perdamaian.
Di masa datang, AWC diharapkan juga dapat mengilhami kerjasama yang erat dari berbagai kalangan untuk sampai melakukan riset mendalam tentang berbagai konflik dan perdamaian. Di tataran konkret dapat pula melakukan mediasi-mediasi perdamaian antarkelompok di berbagai level.
Dalam peresmian ini dilakukan juga Dialog Nasional bertajuk Agama dan Toleransi di Persimpangan Jalan. Dalam pembukaan dialog yang menghadirkan pemuka Agama Budha, Bante Damma Subo, untuk memimpin doa bersama, para hadirin dari berbagai daerah di Indonesia, mengikuti dengan semangat kebangsaan yang tinggi mendengarkan para pembicara di antaranya Mitsuo Nakamura, Garin Nugroho, Ulil Absha, Romo Mudji Sutrisno, Pdt Albertus Patty.
Ruangan AWC tersebut tidak hanya terdapat buku-buku, namun dilengkapi dengan peralatan multimedia untuk mengakses lebih dari 100 jurnal internasional juga berbagai APORISMA yang menggambarkan pemikiran Gus Dur seperti Tuhan tidak Perlu Dibela, Kita Tidak Bisa Memaksakan Integrasi Kita Terhadap Orang Lain.
Sumber: antaranews.com | Rabu, 18 Juli 2012 17:53 WIB
Foto : GAMAL/WI
Tinggalkan Balasan