Oleh: ahmadnurcholish | Februari 6, 2012

Humor Gus Dur; Tentang Orang Cina hingga Tokoh Agama

Humor Gus Dur;

Tentang Orang Cina hingga Tokoh Agama

Dalam soal humor, tak ada kontroversi. Gus Dur itu bapak humor Indonesia

Jakarta-Wahidinstitute.org. Dengan muka polos seorang lelaki etnis Cina merasa kebingungan dengan orang-orang Indonesia. Dianggapnya orang-orang Indonesia itu aneh dan lucu. Aneh? Ya, karena orang-orang Indonesia, jelas lelaki itu, seringkali menyebut istilah yang sebetulnya berbeda dengan kata yang sama. Lucu, karena dianggap tak bisa menggunakan kata dengan benar. Kepada lawan bicaranya -masih dengan wajah polosnya- ia bilang begini :

“Olang-olang Indonesia itu lucu ah. Semua-semua dibilang sama. Padahal beda ah!”
“Binatang kicik-kicik (kecil-kecil), melah-melah (merah-merah), dibilang ‘sumu’ (semut). Ada daging, dipotong-potong, dikasih kecap, dibilang ‘sumu’ (maksudnya, semur).

Berhenti sejenak. Lelaki beretnis Cina melanjutkan lagi.

Ada tanah digali-gali, kelual ael (air) dibilang ‘sumu’ (maksudnya, sumur). Panas-panas, kipas-kipas, dibilang ‘sumu’ (maksudnya sumuk, gerah). Semua-semua dibilang ‘sumu’, haya!!”

Lelucon yang sering dilontarkan almarhum KH. Abdurrahman Wahid itu dikisahkan kembali oleh Inayah Wahid, puteri bungsu presiden RI ke-4, di forum Gusdurian Jakarta di kantor the Wahid Institute, Jalan Taman Amir Hamzah 8, Jakarta Pusat, Jumat malam (3/2). Mendengar itu, 50-an peserta pun dibuat terpingkal-pingkal. Apalagi Inay, demikian perempuan itu akrab disapa, membawakannya dengan penuh semangat dan ekspresif. “Itu humor yang selalu saya bikin ketawa. Entah kenapa …” terangnya.

Pertemuan rutin Jumat malam minggu pertama kali ini memang tampak beda. Malam itu suasana dibanjiri tawa. Maklum saja, tema yang diangkat seputar Humor-humor Gus Dur. Tak hanya narasumber, peserta juga berpartisipasi melempar humor. Dengar saja Humor Gus Dur yang dikisahkan Imam Malik.

Kisah tersebut, jelas staf Sampoerna Foundation ini, terdokumentasi pada sebuah buku humor Gus Dur berbahasa Jerman. “Saya sendiri tahu dari kawan yang sekolah di Jerman”.

Begini ceritanya. Kisah berlangsung di sebuah konferensi antaragama dunia yang digelar di lantai 13 sebuah hotel. Tiba-tiba saja seorang perempuan cantik terjatuh dari lantai 13. Beruntung perempuan itu berhasil ditangkap pertama kali oleh tokoh agama Kristen hingga ia selamat tak terjatuh ke lantai dasar. “Saya sudah menyelamatkan Anda. Mau tidur dengan saya?” tanya tokoh agama Kristen itu. “Tidak tuan, saya tak ingin tidur dengan anda,” jawab perempuan itu. Mendengar penolakan ini, si tokoh agama Kristen lalu melepas tubuh perempuan cantik.

Tubuh itupun terhempas ke bawah.  Beruntung bisa ditangkap seseorang. Ia tak lain tokoh agama Yahudi. Seperti tokoh agama Kristen, si tokoh agama Yahudi itu melempar tanya serupa. “Anda mau tidur dengan saya?” Si perempuan menolak. Tubuh perempuan itupun meluncur ke lantai 3. Di sana sudah ada tokoh agama Islam yang akan menangkap tubuhnya. Berhasil! Pertanyaan itupun dilontarkan lagi. “Anda mau tidur dengan saya?,” tanya tokoh agama ini. Ajaib! Perempuan itu bilang, “Ya, saya bersedia.” Saking gembiranya, si tokoh agama berteriak kaget sembari mengangkat tangan. Subhanallah!!! Dan perempuan itu terjatuh ke lantai dasar.

“Dalam soal humor, tak ada kontroversi. Gus Dur itu bapak humor Indonesia,” jelas Imam Malik.

“Di dunia ini tak ada momentum yang paling memikat dan punya daya kejut tinggi selain humor,” kata Hamzah Sahal, jurnalis NU online, yang memandu obrolan. Humor bisa muncul dalam peristiwa apapun, pada forum resmi, atau forum-forum sakral seperti kematian. Dan semua orang setuju, tegas Hamzah, Gus Dur adalah sosok piawai dalam perkara humor.

Di samping Inayah Wahid, pertemuan GUSDURian  malam itu dihadiri Ketua Lembaga Seni dan Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi) Zastrow El-Ngatawi dan puteri sulung Gus Dur, Alissa Wahid. Zastrow yang pernah menjadi pengawal pribadi Gus Dur mengisahkan beberapa pengalamannya bersama mantan ketua umum PBNU itu, termasuk mengisahkan lagi humor-humor Gus Dur. Wahyu Muryadi, jurnalis majalah Tempo, mantan kepala protokoler istana era Gus Dur batal hadir. (AMDJ/wahidinstitute.org)


 


Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

Kategori

%d blogger menyukai ini: