Selebriti Bicara UU Pornografi
Bukan saja setelah UU tersebut disahkan. Jauh hari semasih berupa RUU tak sedikit selebriti kita menolaknya.
Menurut diantara mereka UU ini tidak begitu penting untuk diuandangkan. Gilbert misalnya, model dan pemain sinetron ini menilai bahwa UU Pornografi memang penting. Tapi, belum begitu mendesak dan banyak hal lain yang jauh lebih penting yang seharusnya diurus oleh Negara. Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Tarumanegara ini menghimbau pada para pembuatnya kalau memang sudah diuandangkan hendaknya dijalankan secara serius. Jangan sekadar mengundangkan saja. “Kalau sekedar cari lahan jangan dengan membatasi kreativitas orang dong,” tuturnya ketika ditemui MaJEMUK di sela-sela pemotretan untuk sebuah majalah di Bogor.
Senada dengan Gilbert, bintang iklan operator telepon seluler Sharena Rizki juga menolak UU tersebut. Apalagi, kata lulusan Universitas Pelita Harapan ini, jika UU itu juga mengatur soal berbusana. “Negara nggak perlu ngatur-ngatur soal itu lah,” sergahnya ketika ditemui awal Desember lalu.
Lebih jauh, dara setinggi 171 cm yang hobi traveling ini menganggap bahwa Negara semakin bodoh karena mengatur hal-hal yang tidak penting. Model kelahiran Jakarta, 11 Oktober 1983 ini pun memberikan solusi atas keluarnya UU tersebut. “Nggak ada cara lain kecuali ganti pemerintahan,” tandasnya tegas.
Menimpali komentar Sharena, finalis Putri Indonesia 2008 Vanessa Ariesca Setiawan menganggap bahwa UU itu telah membatasi perempuan dalam berbusana. Menurut model yang masih kuliah di Uiniversitas Pelita Harapan ini, yang membuat porno itu bukan perempuan yang memakai apa, tetapi lebih pada siapa yang melihatnya. “Kalau pikitan orang yang melihat (perempuan) itu porno ya porno lah jadinya,” katanya beralasan.
Menurut penyuka warna putih dan orange ini, tidak melulu perempuan yang mengenakan pakaian terbuka itu akan membuat laki-laki terangsang. “Tergantung orang yang melihatnya. Biar tertutup, pakai jilbab, tapi kalau yang melihat berpikiran kotor, itu porno,” kilahnya.
Lain halnya dengan Marini Zumarnis. Pesinetron yang tengah nyaleg sebagai anggota dewan ini setuju saja pemerintah membuat regulasi semacam UU Pornografi. Tetapi, kata ibu satu anak ini, masih ada sejumlah pasal yang bermasalah. “Salah satunya adalah soal peran serta masyarakat sebagai polisi moral,” timpalnya memberi contoh.
Tentang adanya kontroversi pada UU itu menurutnya disebabkan karena tiadanya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah. “PR kita adalah bagaimana mengembalikan kepercayaan itu,” jelasnya sambil menyakinkan bahwa kalau dirinya terpilih PR itulah yang akan dikerjakannya. “Kita nggak lagi pejabat, melainkan wakil rakyat,” imbuhnya mantap.
Petikan lengkapnya, lihat postingan berikutnya:
(Ahmad Nurcholish)
Jika kita baca buku “Kenapa Berbikini Tak LAnggar UU Pornografi,” (ada di gramedia) maka yang menolak UU POrn seharusnya mendukung, sebalilknya yang mendukung seharusnya menolak. Kenapa bisa begitu? Dunia memang sudah terbolak-balik. Biar kita tidak terbolak-balik juga, maka buku di atas sangat penting tuk dibaca.
By: Joe on Januari 29, 2009
at 6:22 am