Berbagi, Kapan Lagi
Perayaan Natal tak mesti dirayakan oleh umat Kristiani saja. Bahkan, non Kristiani pun dapat menikmati aspek social-kemanusiaan dari berkah Natal itu. Acara pun tak mesti dinikmati hanya oleh umat Yesus, tapi juga seluruh pemeluk agama yang beragam etnis dan strata ekonomi.
Sabtu (13/12) pagi itu sinar mentari sedang hangat-hangatnya. Jarum jam menunjuk pukul 08.35. Seperti biasanya lalu lintas Jakarta menggeliatkan kepadatannya. Sebuah angkot warna merah berhenti tepat di depan pintu gerbang kompleks harian Suara Pembaruan yang berada di Jl. Dewi Sartika Jakarta Timur. Sepuluhan anak berhamburan keluar dari angkot itu. Mereka murid-murid SD Al-Ikhlas Cawang, Jakarta Timur.
Sepuluh anak dari SD Al-Ikhlas itu bukan rombongan satu-satunya. Ratusan anak seusianya datang silih beriringan memadati lapangan komplek yang rindang oleh pepohonan itu. Mereka menenteng meja lipat kecil, tas berisi buku dan pensil warna serta sebotol minuman ringan. Tak lama kemudian hamparan terpal warna biru yang berada tepat di depan panggung acara dijejali oleh dua ratusan murid-murid SD dari daerah Cawang dan sekitarnya.
Ya, pagi itu ratusan anak-anak SD itu hendak mengikuti lomba mewarnai yang dihelat panitia perayaan Natal 2008 harian Suara Pembaruan bekerjasama dengan Radio Pelita Kasih, Kelurahan Cawang dan beberapa lembaga serta sponsor pendukung. Acara bertema “Saatnya untuk Berbagi. Berbagi Kapan Lagi” ini selain lomba mewarnai juga ada minum susu gratis, potong rambut gratis, penjualan sembako murah, pengobatan gratis dan puluhan stand bazaar dengan harga diskon hingga 70%.
“Selain untuk saling meningkatkan kepedulian antar sesama masyarakat, acara ini diharapkan mampu memperkuat kerukunan antar anak bangsa dengan tidak memandang ras, suku, etnis dan agama,” papar ketua panitia Diana ketika memberikan sambutan dari atas panggung yang berdiri di sebelah kiri gedung utama.
Acara dalam rangka menyemarakkan perayaan Natal 2008 ini memang ditunggu-tunggu warga sekitar. Tak hanya mereka yang Kristiani, tetapi juga warga non Kristiani yang tinggal di sekitar komplek Suara Pembaruan dan sekitarnya. Pasalnya, acara seharian penuh dari pagi pukul 08.30 – 21.30 itu syarat dengan kegiatan social sesuai tema yang diangkat.
“Tak rugi saya keluar ongkos naik angkot ke sini. Potong rambut gratis, pengobatan gratis dan sembako murah saya dapatkan,” tutur Minah yang datang dari Bidara Cina, Jakarta Timur. Ia tak sendirian. Dengan tiga teman lainnya mereka berduyun berlomba mendapatkan berbagai fasilitas gratis suguhan panitia.
Kerjasama untuk Berbagi
Panitia memang tak kerja sendirian. Sejumlah lembaga swadaya masyarakat dan perusahaan sponsor digandengnya. Penyedia layanan potong rambut Rudy Hadi Swarno School, perusahaan yang memproduksi piranti edutainment untuk anak-anak sekolah The Happy Holy Kids, dan penyedia beragam produk sandang, pangan dan kecantikan MLM IFA adalah diantaranya.
“Lomba mewarnai ini dimotori oleh The Happy Holy Kids (HHK). Sedang bagi-bagi susu dan minum susu gratis disediakan oleh perusahaan induk HHK, MLM IFA,” terang salah seorang panitia.
Aparat pemeritah Keluarahan Cawang menyambut baik acara seperti ini. Sayangnya Lurah dari keluarahan tersebut berhalangan hadir. Perannya digantikan oleh Asep yang siang itu datang mengenakan baju batik dan celana warna hitam. Ia memberikan sambutan sekaligus membuka secara resmi perhelatan siang itu.
“Acara ini merupakan wujud kepedulian antar sesama dan sangat bermanfaat bagi warga,” ujar Asep dalam sambutannya. Menurutnya, acara berbagi yang merupakan implementasi dari bentuk kasih sayang adalah ajaran universal dari tiap-tiap agama. Dalam Islam, kata dia, ada istilah Ar-Rahman dan Ar-Rahim yang merupakan nama-nama Tuhan bermakna kasih dan sayang. “Kami sangat menghargai acara seperti ini,” pungkas Asep mengakhiri pidatonya.
Ajang lomba mewarnai pun disambut baik tak hanya oleh anak-anak usia SD, tapi juga guru dan orang tua wali murid. Karenanya, wajar jika puluhan sekolah berinisiatif mengirimkan anak muridnya untuk mengikuti lomba gratis ini. Apalagi pihak sponsor jujga menyediakan hadiah yang serba wah bagi para pemenang lomba.
“Bagus. Ini bisa menjadi ajang bagi anak untuk belajar mandiri dan berani,” ujar Ibu Nining yang anaknya Muhammad Iqbal mengikuti lomba tersebut. M. Iqbal adalah murid SDN 05 Bidara Cina kelas 1. Ia tak sendirian. Puluhan murid dari sekolah tersebut juga memadati arena lomba yang digelar di bawah tenda yang tak mampu memayungi peserta sdari teriknya matahari.
Selain orang tua, guru-guru SD di bilangan Cawang juga menyambut baik acara lomba itu. Endang misalnya, wali kelas SD Al-Ikhlas Cawang ini mengirim sepuluh anak di ajang lomba mewarnai. “Kami ingin melihat kreativitas anak didik, sejauh mana mereka mampu bersaing dengan yang lain,” tutur Endang yang ditemani seorang guru lainnya. Menurutnya, lomba ini bagus untuk melihat bakat anak. Dari situ, imbuh dia, orang tua dapat mengarahkan anak-anak mereka untuk menekuni satu bidang tertentu.
“Itu yang juga menjadi tujuan kami. Mengembangkan kreativitas anak dan supaya tumbuh jiwa kompetitif yang sportif,” tandas Puji panitia dari The Happy Holy Kids. Selain menggelar lomba dan bagi-bagi susu, The Happy Holy Kids juga mempersemahkan operet anak yang memerankan klon/karakter/ tokoh dari Happy, Holy, Kids serta dua karakter lainnya Shuma (suka marah/gajah) dan Mondi (monyet trendi).
Operet itu sendiri syarat dengan pesan moral seperti jangan memakan barang yang bukan miliknya, jangan mencuri, jangan nakal, dsbg. Tentu cerita dengan gaya operet itu jauh dari gaya menggurui. Buktinya ratusan anak-anak yang menyaksikannya tekun mencermati penggal demi penggal cerita berdurasi 20 menit itu. Apalagi tokoh-tokoh dalam cerita itu tak asing bagi mereka. Melalui tayangan TV-TV local di seluruh Indonesia film Happy Holy Kids dapat saban hari mereka saksikan.
“Lucu-lucu. Aku senang melihatnya,” tutur Riska kelas 1 SDN 05 Pagi Bidara Cina mengomentari aksi Happy Holy Kids. Ia juga senang bisa meyaksikan langsung penampilan Chaca (Tasya) sang idola cilik yang selama ini disaksikannya melalui layar RCTI. Siang itu Chaca melantunkan tiga lagu andalannya.
Yang tak kalah menariknya tentu ajang potong rambut gratis yang dipersembahkan oleh Rudy Hadi Swarno School. Ratusan pengunjung nampak antri untuk mendapatkan gilirannya. Sepuluh tenaga potong rambut diturunkan oleh salon ternama ini. Wajar jika stand yang berada di belakang gedung utama ini dipadati pengunjung.
Dua meter di sebelahnhya terdapat stand penjualan sembako murah. Antrian panjang sudah terjadi sejak pukul 09.45 dimana antrian mulai dibuka. Begitu sampai ada gilirannya seorang pengantri nampak berseri menerima paket sembako murah itu. “Lumayan, bisa untuk kebutuhan seminggu,” ujar Rasti yang datang bersama anak lelakinya.
Tak kalah padatnya tentu stand pengobatan gratis yang disediakan panitia. Sejak pagi hingga sore hari tak pernah sepi dari pengunjung. Bahkan cenderung padat oleh jejalan orang yang hendak memanfaatkan jasa medis itu. “Maklum mas, apa-apa mahal. Boro-boro ke dokter, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja susah,” kata Dipo, lelaki tua yang datang dari Jatinegara itu beralasan.
Kulitnya yang keriput semakin menampakkan usia senjanya. Tiadanya uang harus menundanya terus pergi berobat atas penyakit kulitnya yang sudah menahun. Beruntung, atas informasi dari seorang teman ia bisa datang di acara siang itu. “Ongkos kesini juga minjem mas,” tuturnya memelas sambil menyeruput air mineral yang disediakan panitia. Sesekali ia menyeka keringat yang mengalir dari pelipisnya.
Di zaman yang serba krisis ini acara semacam ini memang sangat dinanti. Pengunjung tak lagi peduli siapakah yang menggelar acara itu. Yang terpenting, kebutuhan mereka yang papa dan dhuafa dapat dipenuhi. Bukankah seharusnya demikian ajaran agama harus kita implementasikan?. Perayaan hari raya agama apapun tak mesti harus diikuti oleh penganut agama yang merayakan. Ibadahnya mungkin mengharuskan untuk itu. Tetapi tidak untuk pelayanan social dan kemanusiaannya. Dan disitulah barangkali kita akan menemukan makna sebenarnya dari beragama. Berbagi, kapan lagi? [ ] Ahmad Nurcholish
Tinggalkan Balasan