Oleh: ahmadnurcholish | September 1, 2008

Musdah Mulia: Tujuh Upaya Cegah HIV/AIDS

Musdah Mulia: Tujuh Upaya Cegah HIV/AIDS

 

Wabah HIV/AIDS boleh jadi merupakan pereingatan Allah swt terhadap umat manusia akibat kelalaian dan pelanggaran yang mereka perbuat, sebagaimana diungkap dalam QS. Al-An’am/6:44 dan ar-Rum/30:41.

 

Dalam dua ayat tersebut, pada prinsipnya menghimbau manusia agar tidak berbuat kebajikan dan kemaslahatan, dan sebaliknya mengingatkan agar tidak berbuat mudzarat dan maksiat.

 

Sebab, kata Musdah Mulia ketika menjadi nara sumber seminar HIV/AIDS di Jakarta, Kamis (28/8) lalu, jika kemaksiatan telah merajalela di tengah-tengah masyarakat, maka bukan hanya para pelaku kemaksiatan itu yang akan merasakan dampak negatifnya, melainkan juga masyarakat di sekitarnya akan turut mengalami akibatnya.

 

Dalam kaitannya dengan pencegahan HIV/AIDS, jelas Musdah, Islam menawarkan konsep preventif atau pencegahan. Dalam literatur Islam dikenal prinsip “al-wiqayah khairun min al-‘ilaaj” (mencegah jauh lebih baik daripada mengobati).

 

“Karena itu, dalam konteks kesehatan, baik fisik, psykis maupun mental ditemukan sejumlah ayat al-Qur’an dan Hadits Nabi yang pada prinsipnya menghimbau pada upaya-upaya pencegahan,” terang Musdah dalam acara yang digelar INTERNA ini.

 

Upaya-upaya preventif dimaksud, antara lain, pertama, meningkatkan kesadaran, pemahaman, dan penghayatan masyarakat, khususnya di kalangan generasi muda, terhadap nilai-nilai luhur agama (Islam), sehingga mereka tergugah untuk mengamalkannya secara utuh (kaffah).

 

Kedua, mengembalikan fungsi keluarga secara utuh dan sungguh-sungguh, dengan menanamkan nilai-nilai agama, memberikan kasih sayang, pendidikan, perlindungan, prestise, dan kedamaian di dalam keluarga.

 

Ketiga, mencegah sedini mungkin timbulnya pergaulan bebas, dan terjadinya hubungan seksual di luar perkawinan (zina), baik bagi mereka yang sudah menikah maupun yang belum  (QS. Al-Israa’/17:32 dan an-Nuur:31).

 

Keempat, penghapusan prostitusi harus dilaukan secara tuntas dan menyeluruh.

 

Kelima, mengaktifkan kegiatan penyuluhan dengan menggunakan bahasa dan pendekatan agamis serta pendekatan persuasif dan humanis, bukan menghakimi dan memvonis.

 

Keenam, menciptakan kondisi yang kondusif, antara lain dengan mengajak seluruh anggota masyarakat agar secara bersama-sama memperkuat benteng keluarga masing-masing.

 

Ketujuh, membimbing para penderita HIV/AIDS agar berpandangan optimis dan positif dalam menatap kehidupan. “Menyakinkan mereka bahwa hidup ini belumberakhir dan mereka pun masih punya banyak kesempatan melakukan amal shaleh dan amal jariyah sebanyak-banyaknya,” saran Musdah. [ ] Ahmad Nurcholish

 

 


Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

Kategori

%d blogger menyukai ini: