Oleh: ahmadnurcholish | Agustus 26, 2008

Agar Kaum Muda Jadi Penggerak Perdamaian

Ke depan, kita bertujuan untuk menelorkan kaum muda yang inklusif, toleran dan mengedepankan dialog demi perdamaian dalam setiap perbedaan.

Perbedaan suku, agama, ras, antargolongan (SARA) adalah sebuah kekayaan. Namun, SARA sering menjadi sumber perpecahan. Isu agama misalnya, begitu mudah disulut sehingga menimbulkan pertengkaran bahkan pertumpahan darah.

Kenyataan ini mendorong Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP) – sebuah lembaga yang bergerak dalam bidang lintas agama – melakukan gerakan penyadaran. Para peserta adalah kaum muda dari berbagai agama. Salah satu kegiatan yang sudah dan sementara dilakukan ICRP adalah kunjungan ke sejumlah tempat ibadat. Kunjungan yang diberi tajuk Peace in Diversity dan diikuti oleh 40 peserta ini merupakan langkah awal untuk mengenal keberagaman agama melalui tempat ibadat.

Penyelenggara berharap kunjungan ini menumbuhkan semangat saling memahami perbedaan. Dengan semangat saling memahami perbedaan, diharapkan tumbuh karakter inklusif, toleran dan mau menerima perbedaan dalam diri kaum muda.

Untuk mengetahui latar belakang serta manfaat kunjungan tersebut, berikut perbincangan Budi Kurniawan dari KBR 68H dengan aktivis ICRP Nurcholish (N) dan salah satu peserta program dari Paroki Salib Suci Tanjung Priuk, Ratih Dani (R):

Apa latarbelakang dan tujuan kunjungan ke tempat ibadah tersebut?

N: Kegiatan ini dilatarbelakangi keprihatinan bersama yakni adanya eskalasi kekerasan yang berangkat dari perbedaan seperti SARA. Sementara remaja dan pemuda sering terjerembab dalam pergaulan bebas yang merugikan mereka sendiri. Padahal kita berharap kaum muda menjadi penggerak perdamaian.

Oleh karena itu, kita ingin kegiatan positif, yang mengisi waktu sekaligus pintu masuk memperkenalkan perbedaan. Kita mulai dengan kunjungan ke tempat ibadah ini. Tujuan kita adalah bagaimana isu perdamaian dan pluralisme ditangkap kaum muda. Sehingga ke depan, kita menelorkan kaum muda yang inklusif, toleran, dan mengedepankan perdamaian. Karena siapa lagi yang mengkader kaum muda seperti itu kalau bukan kita-kita.

Siapa saja pesertanya?

N: Pesertanya cukup banyak dan mewakili komunitas agama. Tidak saja agama besar seperti Islam, Katolik, Protestan, ,dan Budha. Tapi juga dari agama Bahai dan aliran kepercayaan lain. Sebenarnya kita juga undang dari Konghucu. Tapi karena ada halangan, mereka tidak sempat datang.

Tempat mana saja yang dikunjungi?

N: Kita mengadakan kunjungan ke tujuh rumah ibadah. Sabtu kemarin (21/6) mengadakan kunjungan ke Katedral, Masjid Istiqlal, dan Gereja Protestan GKI Kwitang.

Apa saja yang dilakukan di tempat ibadat tersebut?

N: Selain melihat bangunan fisik tempat ibadah tersebut, para peserta juga diajak pemandu untuk bertanya segala macam hal. Ketika mengunjungi katedral misalnya, peserta bertanya tentang sejarah Katedral dan sejarah agama Katolik di Indonesia. Selain itu, peserta diajak melihat museum di lantas atas bangunan utama. Demikian juga ketika mengunjungi Masjid Istiqlal, peserta diajak dan bertanya tentang bangunan dan sejarah bangunan tersebut.

Apa komentar setelah mengikuti acara ini?

R: Setelah mengikuti acara ini akhirnya saya mendapatkan banyak pengetahuan. Apa yang sebelumnya tidak diketahui menjadi tahu. Bahkan, dalam agama saya sendiri, banyak hal yang tidak diketahui akhirnya menjadi tahu. Saya juga senang karena acara ini bisa menjadi ajang untuk mempertemukan kaum muda. Sebelumnya kami tidak saling mengenal, tapi acara ini membuat kami saling mengenal.

Setelah mengunjungi Masjid Istiqlal, apa komentar Anda?

R: Mereka (masjid, Red) sangat minimalis. Beda dengan Katolik yang banyak simbol. Tapi Islam kurang simbol. Yang menarik, dari setiap rumah ibadah yang dikunjungi selalu ada filosofi di dalam bangunan itu. Bangunan itu sarat makna. Di Katedral kami disambut humas yang menerangkan simbol yang terdapat di sana. Jujur, walaupun Katolik, saya belum mengetahui arti simbol yang ada di gereja.

Saya kagum dengan masjid Istiqlal yang luar biasa besar. Juga banyak filosofi yang terkandung di dalamnya. Di GKI Kwitang kami mengadakan diskusi tentang agama Protestan. Kita diajak untuk melihat isi dalam gereja tersebut. Humas juga menjelaskan tata cara ibadat tapi secara gamblang. Juga dijelaskan tentang garis besar sejarah, serta apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan di dalam tempat ibadat.

Apa kelanjutan acara ini?

N: Program ini memang tidak berdiri sendiri, tapi ada kelanjutannya. Kami sudah merencanakan itu dalam satu rangkaian kegiatan. Jadi, kegiatan ini bukan saja sampai pada kunjungan tersebut. Setelah tiga pekan kunjungan kita mengajak peserta untuk menulis pengalaman kunjungan. Dari situ kita bisa menyimak pengalaman yang diperoleh ketika kunjungan. Dan pada tanggal 2 Agustus, ICRP akan mengadakan malam apresiasi seni yang diisi seni khas dari kelompok agama. Di samping itu ada acara penganugerahan jurnalistik untuk tulisan terbaik dan menginspirasi.

 Ada tanggapan miring terhadap acara kunjungan ke tempat ibadah tersebut?

N: Sampai saat ini – setelah kunjungan – belum ada. Tapi sebelum mulai kunjungan, kami mengundang beberapa remaja masjid. Ada satu remaja masjid di Menteng-Jakarta Pusat, yang menolak acara kunjungan tersebut. Menurut mereka, acara ini bisa mendangkalkan akidah mereka. Bahkan, menurut mereka, tidak ada istilah antaragama. Tapi hanya satu agama, yakni Islam.

Kunjungan itu mengguncang iman Anda?

R: Saya merasa tidak terganggu. Bahkan, saya bisa menambah pengetahuan baru. Banyak hal baru saya temukan. Bahkan dalam agama saya sendiri sekalipun. Menurut saya, kunjungan ini tidak mendangkalkan iman saya. Justru sebaliknya. Karena iman itu adalah hubungan pribadi seseorang dengan Tuhan.

Jurnal Nasional
Jakarta | Kamis, 26 Juni 2008

 

 


Tanggapan

  1. Mantab!


Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

Kategori

%d blogger menyukai ini: