Oleh: ahmadnurcholish | Agustus 19, 2008

Karena Kekerasan adalah Kewajiban

Sejumlah aksi kekerasan yang dilakukan FPI mendapat justifikasi agama. Realitas sosial juga  mengharuskan mereka untuk tidak menghindari kekerasan.

 

Judul                : Hitam Putih FPI, Mengungkap Rahasia-rahasia Mencengangkan

  Ormas Keagamaan Paling Kontroversial

Penulis            : Andri Rosadi, Lc, M. Hum

Penerbit           : Nun Publisher, Jakarta

Cetakan           : Pertama, Juli 2008

Tebal               : 237 halaman

ISBN                : 978-979-16110-2-2

 

Aksi penyerangan Laskar Pembela Islam (LPI), sayap militer Front Pembela Islam (FPI) terhadap massa AKKBB pada 1 Juni lalu di Silang Monas bukan aksi pertama dan bukan pula yang terakhir. Belum lama ini sejumlah aktivis FPI memporakporandakan pedagang minuman Tuak di Jawa Timur. Bahkan seorang penjual minuman ini disiram sejerigen tuak miliknya.

 

Sebelumnya, sejumlah media massa juga menyebut  rekam jejak FPI dalam bertindak anakis ketika  membasmi kemaksiatan berderet puluhan kali. Korban pun berjatuhan, terutama pemilik tempat hiburan malam, pedagang di sekitarnya, hingga kantor penerbit majalah dewasa Playboy.

 

Mengapa aksi kekerasan seolah menjadi jalan bagi FPI?  Adakah hal itu mendapat pembenaran dari teks-teks agama (Islam)? Atau faktor lain yang memicu mereka melakukan aksi-aksi anarkhis, yang oleh sebagian masyarakat dianggap menodai tujuan perjuangan mulia mereka dan bahkan ajaran agama?

 

Jawaban atas sejumlah pertanyaan itu dapat kita dapatkan di buku karya Andri Rosadi ini. Menurut alumni Pondok Pesantren Modern Gontor ini, aksi-aksi kekerasan, bahkan cenderung radikal yang dilakukan  FPI maupun LPI merupakan bagian dari perjuangan itu sendiri.

 

Pertama, konsep ‘amar makruf nahi munkar (perintah menjalankan yang baik dan mencegah yang batil) merupakan perintah agama melalui al-Qur’an dan Hadits (al: QS. Ali Imran: 104, 110 dan 114; dan Al-A’raf:157). Dalam hadits disebutkan: “Bukan dari golongan kami, mereka yang tidak menyayangi anak-anak kami, tidak menghargai orang tua kami, tidak menyerukan kemakrufan, dan tidak pula mencegah kemungkaran”. (HR. Imam Tirmidzi), serta sejumlah hadits lain yang senada dengan ini.

 

Menurut Rizieq Shihab, teks-teks tersebut  begitu gamblang dan diperintah secara berulang-ulang dalam bentuk kalimat perintah (amar).  Dalam logika hukum Islam – jurusan Rizieq dalam meraih kesarjanaan – kalimat perintah mengindikasikan kewajiban: al-ashlu fi al-amri li al-wujub (arti pokok dalam perintah adalah untuk menunjukkan kewajiban); mutlaq al-amri yaqtadli al-wujub (perintah yang mutlaq menunjukkan wajib). [h.182].

 

Berdasarkan logika hukum di atas, Rizieq  menyimpulkan kalimat perintah untuk berbuat makruf dan mencegah kemungkaran adalah suatu kewajiban. Untuk memperkuat pendapatnya, ia juga mengutip pendapat Wahbah Zuhaili, ahli hukum Islam yang paling menonjol dewasa ini. Menurut Zuhaili, perintah itu menunjukkan wajibnya perbuatan yang diperintahkan. Dan kewajiban atas perintah itu tidak berpaling kepada selainnya, kecuali dengan faktor penghubung yang menunjukkan ke arah itu.

 

Dalam logika berpikir inilah Rizieq memahami dan menyimpulkan makna konsep amar makruf nahi munkar.

 

Kedua, bagaimana pelaksanannya? Realitas menunjukkan bahwa lokasi pelacuran, pusat perjudian dan narkoba, pusat hiburan malam, dan lokasi maksiat lainnya selalu dijaga ketat oleh preman. Bahkan ada yang mendapat dukungan dari aparat keamanan. Tindakan mencegah kemungkaran terhadap lokasi-lokasi ini pasti menimbulkan resistensi dari mereka.

 

Jika amar makruf nahi munkar ingin diterapkan, maka aksi dan gerakan tidak bisa dihindari, walau harus menggunakan kekerasan.  Dari realitas ini, Rizieq menyadari bahwa pennegakan amar makruf nahi munkar tidak mungkin menghindari jalan kekerasan. [h. 184].

 

Padahal. Al-Qur’an dan Nabi juga meganjurkan agar dakwah harus dilaukan dengan santun dan persuasif (QS. An-Nahl: 125). Berkenaan dengan ini, Rizieq punya argumentasi lain untuk menafsirkan ayat tersebut. Dalam kaidah hukum Islam dikatakan, Ma la yatimmi al-wajibu illa bihi, fahua al-wajib (apa-apa yang tidak sempurna suatu kewajiban, kecuali dengannya, maka ia menjadi wajib).

 

Dengan demikian, Rizieq Shihab, tulis Rosadi,  karena realitas sosial menunjukkan bahwa proses penegakan amar makruf nahi munkar tidak mungkin terlaksana dengan baik kecuali dengan kekerasan. Maka, dalam kondisi ini, kekerasan juga merupakan suatu kewajiban, sebab penegakan amar makruf nahi munkar tidak mungkin terlaksana tanpa kekerasan tersebut. Inilah logika keyakinan yang dipakai Rizieq Shihab, yang kemudian ia pakai sebagai logika agama untuk menjustifikasi aksi gerakan FPI.

 

 Ketiga, disamping mendasar pada logika agama di atas, FPI, menurut penulis yang alumnus Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir, yang mengaku berinteraksi langsung selama berbulan-bulan di markaz FPI, di Petamburan, Jakarta Barat, FPI juga memahami realitas kemungkaran tersebut sebagai bagian dari konspirasi Barat untuk menghancurkan umat Islam.

Selain itu, keberanian laskar-laskar FPI juga dipengaruhi oleh lima pedoman organisasi yang dirumuskan para pendirinya. Dan yang paling kuat pengaruhnya terhadap keberanian aksi-aksi mereka adalah pedoman kelima yang menyebut, mati syahid adalah cita-cita kami.

 

Syahid, bentuk pluralnya syuhada, terulang sebanyak 55 kali dalam Al-Qur’an. Secara etimologis berarti saksi (Ma’luf, 1986:406). Dalam bahasa agama sehari-hari, biasanya diartikan pahlawan yang gugur di medan perang atau di jalan Allah. Para pengikut FPI yang tewas dalam memberantas kemungkaran mereka anggap telah mati syahid. Hal inilah yang membuat para aktivis FPI tak pernah gentar meski berhadapan dengan preman, bahkan aparat negara.

 

Putihnya FPI dan perubahan strategis

Terlepas dari aksi-aksi kekerasan FPI yang selama ini mereka lakukan, dalam buku ini juga diaungkap sisi humanis dari FPI.  Pada saat terjadi tsunawi di Aceh misalnya, FPI mengirim 1.200 sukarelawan ke serambi mekkah itu untuk mengavakuasi korban. Hasilnya lebih dari 30.000 mayat berhasil mereka evakuasi.

 

Bahkan, konon, atas prestasinya ini, presiden Yudhoyono  menelpon Rizieq  untuk mengucapkan terima kasih.  dan juga memberikan Satyalencana sebagai penghargaan. pemberian itu ditolak  Rizieq, dengan alasan, jika Presiden ingin memberikan penghargaan, maka berikanlah pada anak-anak (maksudnya sukarelawan FPI), bukan pada dirinya. [h. 121].

 

Hidayat, salah seorang relawan yang turut  ke Aceh selama dua bulan dan meninggalkan pekerjaannya itu, ketika ditanya penulis, apakah ia tidak takut dipecat, jawabannya, “Tuhan Maha Pemurah, kita pergi ke Aceh untuk menolong saudara-saudara kita yang membutuhkan, masak kita akan disia-siakan  Tuhan? Buktinya, ketika ane balik lagi ke Jakarta dan menghadap bos, ane diijinkan lagi untuk kerja.” [h. 137].

 

Andri, master UGM ini juga mengupas mengenai perubahan strategi pada “polisi swasta” yang berdiri sejak 17 Agustus 1998 ini. Strategi itu menyangkut gerakan nahi munkarnya. Mengutip M. Sirodj, Ketua Badan Anti Maksiat FPI, sejak 5 tahun terakhir, FPI lebih pasif, tidak seaktif dulu. “Kami sekarang ini menunggu saja. Jika ada yang lapor, baru kami bertindak. Kalau ada penjualan miras di suatu tempat, tapi didukung oleh warganya, tidak akan kami serang,” imbuh Hidayat. [ h. 198]

 

Tentu kita berharap tak hanya itu, sebab apapun strategi dan aksinya, jika fron atau laskar seperti ini berlaku bak polisi swasta, ini menunjukkan bahwa masyarakat tidak percaya dengan hukum dan suka main hakin sendiri. Bukan tidak mungkin negeri ini akan menjadi negeri barbar.

 

“Dalam jangka panjang negeri ini akan dikuasai oleh geng, seperti yang terjadi di Brazil,” kata pengamat intelijen Wawan H Purwanto suatu ketika. (Syir’ah, Juli 2006). Itulah sebabnya, kita berharap kepada pihak yang berwenang untuk bersikap tegas kepada siapa saja yang main hakim sendiri. Entah itu preman pasar, atau preman bersorban. [ ] Ahmad Nurcholish

 


Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

Kategori

%d blogger menyukai ini: